JAKARTA, KOMPAS.com – Rencana bagi hasil tarif short message service (SMS) antaroperator seluler tampaknya tak akan berjalan mulus. Soalnya, kalangan operator sendiri tidak satu suara. Tak hanya operator kecil, namun operator besar seperti Indosat pun menganggap rencana itu justru akan memercepat kematian layanan SMS di Indonesia.
“Jika harus ada bagi hasil biaya SMS dengan operator yang menerima SMS, maka biaya record bisa sangat tinggi,” ajar Teguh Prasetya Mukti, Group Head Brand Marketing PT Indosat Tbk. Menurutnya, beban biaya itu bisa mendongkrak biaya pengiriman SMS yang pada akhirnya akan membuat tarif naik dan membebani konsumen.
Soalnya, lewat konsep sharing pendapatan interkoneksi, operator yang melayani pengiriman SMS juga harus membagi pendapatan kepada operator yang menerima SMS. Alasannya, operator yang menerima juga menyediakan sejumlah space untuk melayani penerimaan SMS itu.
Telkomsel, dengan pelanggan terbanyak di Indonesia, bersikeras skema bagi hasil harus diterapkan. Ricardo Indra, GM Corporate Communications Telkomsel, mengatakan, layanan SMS antaroperator harus dilihat sebagai domain hubungan antar operator yang perlu untuk difasilitasi oleh regulator.
“Dengan aturan biaya interkoneksi SMS antaroperator, maka akan terbentuk kondisi kompetisi yang kondusif dan fair di antara operator,” ujarnya.
Namun, Teguh membantah hal itu. Menurutnya SMS hanya sekadar value added service, bukan basic service yang diberikan operator. la justru khawatir, operator akan terbebani biaya untuk mencatat tiap SMS yang dikirimkan pelanggannya. “Jika dalam sehari ada ratusan juta SMS, biaya yang ditanggung operator bisa makin besar,” kata dia.
Sementara XL Axiata masih belum mengambil sikap atas tarik ulur ini. “Kami akan ikut aturan dari pemerintah saja,” ujar Febrianti Nadira, Manajer Corporate Communication XL Axiata.
Sumber KONTAN bilang, ide sharing pendapatan SMS berawal dari Telkomsel. “Soalnya Telkomsel memiliki pelanggan terbesar, jadi akan jadi pihak yang paling untung jika ada sharing interkoneksi SMS itu,” ajar sumber itu.
Kepala Pusat Informasi daft Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Gatot S. Dewa Broto bilang, hingga kini sistem pembayaran SMS masih menganut skema sender keep all (SKA). Artinya, pemasukan SMS diterima semuanya oleh operator yang mengirim SMS.
Ide sharing itu muncul gara-gara aksi sejumlah operator yang memberi promo SMS gratis ke skmua operator. “Itu mengganggu trafik komunikasi,” katanya.
Saat ini, Indosat dengan 35 jutaan pelanggan, setiap hari melayani sekitar 500 juta SMS. Sedang XL Axiata dengan 33 juta pelanggan melayani 370 juta SMS per hari. Adapun Telkomsel yang memiliki 85 juta pelanggan, justru melayani trafik SMS yang lebih rendah, yakni hanya sekitar 320 juta SMS per hari.(KONTAN/Nadia Citra Surya)